Sejarah Gereja Advent Masehi Hari Ketujuh di Makassar

Tahun 1916, Pendeta Vaas seorang misionaris dari Eropa (Belanda) datang di Makassar membawa ajaran Gereja Advent.

Ketika itu ada beberapa orang telah menjadi pengikut Pendeta Vaas.  Rumah dari Bapak Ong-Keam menjadi tempat bertemu untuk membaca Firman Tuhan dan berdoa.

Selang beberapa waktu ada sekitar 7 orang yang menerima Baptisan, salah satunya adalah Bapak Tan Soey Hong (Lahir 5 Juli 1896) yang menjadi salah satu Pioneer Gereja Advent di Makassar.

Setelah beberapa tahun pendeta Vaas  menjadi Missionaris di Makassar, pada tahun 1919 Pendeta Vaas Kembali ke Eropa.  Dengan pulangnya kembali pendeta Vaas, maka datanglah Pdt. Holii menggantikan dia.

Tahun 1920, tempat bertemu yang menjadi tempat beribadah, berpindah ke Jalan Bali.  Ibadah tetap dipimpin oleh Pdt. Holii.  Pada waktu itu ada sekitar 11 orang yang berkumpul untuk beribadah bersama

Setelah Kontrak telah habis di Jalan Bali, tempat ibadah kembali berpindah di jalan Serui pada tahun 1921.  Hanya dalam waktu 1 tahun, kembali tempat ibadah berpindah ke Jalan Maros (sekarang jalan Bawakaraeng) pada tahun 1922.  Bertempat di rumah ibu Niko.  Pada tahun 1922 ini Pendeta Kevin Tilstra datang ke Makassar untuk menggantikan Pdt. Holii.

Ibu Niko yang menjadi pemilik rumah (ketika jemaat beribadah di jalan Maros) mendapatkan sebuah mimpi yang begitu aneh bagi dirinya.  Dalam mimpinya ibu Niko melihat botol Lemonade yang jatuh.  Ketika botol jatuh, botol tersebut tidak pecah (hancur).  Yang terjadi hanyalah bagian atas (leher botol) hilang tanpa pecah.

Beberapa waktu kemudian yang terjadi adalah, suami dari ibu Niko dipenggal kepalanya

 

Pada tahun 1929 dari Manado mengutus pendeta Samuel Rantung untuk datang ke Makassar

Pada bulan Febuari 1929, Sulawesi Selatan diorganisasi menjadi satu distrik yang terpisah dari Sulawesi Utara.  Kantor Pusat Gereja Advent di Bandung menetapkan Pdt. Samuel Rantung sebagai Ketua Distrik.

Pada tanggal 12 Mei 1929 Gereja di Makassar di Organisir sebagai jemaat yang Pertama.  Pengorganisiran gereja di lakukan oleh Pendeta  Samuel Rantung dan Pendeta Kevin Tilstra.  Pada saat pengorganisiran anggota gereja berjumlah sekitar 69 orang.

Jemaat Advent Makassar (Tahun di Organisir Jemaat mula-mula)

Tahun 1932, Pendeta Kevin Tilstra meninggalkan Makassar

Baptisan Pdt. Samuel Rantung (25 Maret 1932)


1934, Jemaat kembali berpindah tempat ibadah oleh karena tempat ibadah sebelumnya di jalan Maros (Bawakaraeng), telah diambil alih oleh perusahaan.  Mereka mendapat tempat di jalan Bau Massepe.  Hanya beberapa tahun mereka beribadah di jalan bau massepe akhirnya mereka kembali pindah tempat ibadah, oleh karena kontrak telah habis

Pdt. Samuel Rantung mengalami kesulitan dalam mengembangkan penginjilan di daerah ini.  Ada istiadat yang kokoh, fanatisme dan ketidaksiapan penduduk menerima kabar Injil telah menjadi kendala bagi Pdt. Samuel Rantung dalam pelayanannya.  Tetapi Tuhan tetapi sedia membuka jalan oleh mengirimkan Roh Kudus ke dalam hati manusia.  Empat orang telah siap dibaptis.  Mereka datang dari tanah Toraja ke Makassar untuk dibaptis tanggal 29 Maret 1935.  Nama-nama yang telah menerima baptisan itu antara lain:  Bpk. D. Selintung, Bpk. L. Pinontoan, dan Fitje Makanaw.

Ada sebuah sekolah advent dibangun di Makassar

VERGADER LOCAAL Dea ADVENT GEMEENTE (Foto Tahun 1937)


Tahun 1938, Jemaat mendapat tempat di rumah dari bapak Ong Kie Hong  di jalan Pattimura.  Tempat ibadah ini berada di sebelah took Sin Lok Nam.  Pada tahun 1938 ini jemaat membeli sebidang tanah di Jalan Durian dengan harga 3000 Houlden. Dan jemaat mulai membuat pembangunan gereja di jalan durian.

Tahun 1940, jemaat kembali berpindah tempat ibadah.  Mereka berpindah di jalan Tinggi di rumah dari Bapak Tjia Moody (bekas laboratorium Prodia saat itu).

Akhirnya pada tahun 1941, tempat ibadah di jalan durian telah selesai.  Dan jemaat berpindah tempat ibadah di jalan durian.  Akhirnya pada tanggal 19 Desember 1941 bangunan di jalan durian ditahbiskan sebagai gereja.  Pentahbisan dipimpin oleh  Pendeta Adam Kaim.  Pada tahun 1941 ini sementara terjadi perang.  Jepang mau merebut Makassar dari Belanda. Setelah memimpn pentahbisan gereja, pendeta Adam Kaim langsung naik ke kapal untuk menghindari perang.  Pendeta Adam Kaim tewas di bunuh oleh tentara Jepang hanya beberapa jam setelah memimpin pentahbisan gereja Jemaat Durian.

Hanya beberapa bulan jemaat bergereja di jalan durian, tempat untuk beribadah berpindah untuk sementara waktu di rumah Bapak Kountur (ayah dari Alex Kountur).  Hal ini disebabkan oleh karena perang yang terus terjadi.  Dan Gereja di jadikan sebagai markas oleh Jepang.

BWA Jemaat Durian Tahun 1950

Pada tanggal 7 Juni 1952 Pendeta Yan Detemur membuat kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Hotel Negara.  KKR dengan tema “Benarkah Kiamat itu Ada?”, menghasilkan 256 jiwa untuk dibaptis.

MAJELIS JEMAAT 1959

Pada hari minggu 4 Oktober 1959 diadakan baptisan di Stadion Matoangin.  Ada 54 orang menyerahkan diri untuk dibaptiskan.  Pada saat itu yang memimpin baptisan adalah:  Pdt. W.F. Walean, Pdt. J. Raranta, Pdt. Mandolang dan Pdt. P. Sitompul.

0 Komentar

Tinggalkan balasan